Demikianlahpuisi mistik jalaludin rumi dalam kumpulan puisi sufi dan puisi tentang agama dan kehidupan. Bagi rumi cinta melebihi semua dogma agama cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia di dalam cahaya keilahian. Puisi tahun baru 2021. Kumpulan puisi harapan dan doa. Kumpulan puisi sufi Jalaludin Rumi dan syair tentang agama dan kehidupan. Setelah kata kata Jalaludin Rumi dalam bentuk puisi cinta dan sajak tasawuf, maka kali ini adalah syair sufi tentang kehidupan dan kata bijak Jalaludin Rumi tentang agama dalam bentuk puisi apa itu sufi, berdasarkan wikipedia pengertian sufi adalah penyebutan untuk orang-orang yang mendalami sufisme atau ilmu tasawwuf, tentang kata sufi ini merupakan tema puisi tentang agama dan kehidupan atau puisi religius karya Jalaludin Rumi diterbitkan blog puisi dan kata bijak untuk kali berikut ini adalah daftar judul kumpulan puisi sufi Jalaludin Rumi dan puisi Jalaludin Rumi tentang agama dan kehidupan dipublikasikan diantaraanyaSekitar 16 judul puisi karya Jalaludin Rumi yang berisi puisi nasehat dan puisi agama Islam dan Puisi Sufi Jalaluddin Rumi Syair Tentang Agama Dan KehidupanBagaimana kata bijak jalaludin rumi tentang agama dan cerita syair sufi tentang kehidupan yang dipublikasikan blog puisi dan kata sama halnya dengan Quotes Jalaluddin Rumi dan tafsirnya, ataukah tentang puisi religius yang memuat doa hari akhir, untuk lebih jelasnya disimak saja berikut ini nasehat syekh jalaludin rumi dalam deretan bait kumpulan puisi sufi Jalaludin Rumi dan puisi tentang agama dan kehidupan dibawah ini. 1. KEMBALI PADA TUHANJika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,maka milikilah prasangka yang baik tentangTuhan. Begitulah caranya!Jika engkau hanya mampu merangkak,maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;kerana Tuhan, dengan rahmatNyaakan tetap menerima mata wang palsumu!Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan,maka kurangilah menjadi Sembilan puluh Sembilansaja. Begitulah caranya!Wahai pejalan!Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah berfirman“Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang,ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.”2. Puisi Sufi Jalaludin RumiBagian kedua kumpulan puisi dan syair Jalaluddin Rumi adalah adalah tema puisi sufi, yang berisi nasehat syekh jalaludin rumi dalam bentuk puisi, dan untuk lebih jelasnya disimak saja berikut MENGENALNYAKarena hanya Kearifan satu-satunya kendaraan Muslim sejati, ia tahu pasti dari siapa saja ia harus mendengar tentang Kearifan,Dan ketika ia mengetahui dirinya berhadapan muka dengannya, betapa akan timbul keraguan? Betapa mungkin akan keliru?Jika kepada orang yang haus kau berkata,“Ini segelas air, minumlah!”Akankah orang itu menjawab,“Ah, itu cuma kata-kata biarkan aku sendirian, o Pembohong, pergilah kau!”Atau katakanlah ada seorang ibu berteriak kepada bayinya, “Dengar, anakku, aku ini ibumu!”Adakah si bayi akan berkata,“Tunjukkan dulu buktinya, supaya aku nikmat menetek susvmu.”Jika hati seseorang telah memiliki penglihatan batin, wajah dan suara Rasulullah benar-benar mukjizat nabi berseru dari luar hatinya, jiwa orang akan luluh memuji di dalam batinnya,Sebab tak pernah di dunia ini telinga jiwa akan mendengar seruan yang sama seperti seruan yang amat mempesona itu terdengar oleh jiwa yang terbuang—ia adalah seruan Tuhan,“Lihat, Aku dekat.”SUFI SEJATIApa yang membuat orang jadi sufi? Hati yang baju yang kumal dan nafsu yang yang terikat pada dunia telah memakai segala ampas dapat ia saring sari murninya;Sufi sejati mudah dalam kesulitan, riang dalam pelindung yang menjaga gapura mengurung tempat yang tenteram itu dengan pentungan menakutkanAkan memberi jalan kepadanya, dan tanpa kenal takut ia pun memperlihatkan panah sang Raja, masuk ke TERHADAP DUNIASetiap malam Kau bebaskan ruh kami dari jerat tubuhdan Kau hapus seluruh kenangan dari malam ruh kami bebas dari sangkar ini,selesailah sudah segala pertemuan, bincang-bincang dan malam hari para tahanan melupakan penjaranya, dimalam hari para pembesar pun melupakan duka, pertimbangan untung maupun rugi, gagasan orang ini ataupun orang keadaan orang Sufi, sekalipun dia tak lagi tidur Tuhan berfirman, “Kau tentu mengira mereka itu bangun padahal mereka itu tidur.”Dia tertidur, siang dan malam, terhadap urusan-urusan dunia ini, bagai sebuah pena di tangan telah memperlihatkan sebagian keadaanya, sedangkan orang yang kasar pun oleh tidur dapat terbuaiRuh mereka masuk ke Hutan Belantara yang kata taksanggup mengucap, kata-kata, jiwa dan tubuh dengan sebuah siulan Kau panggil mereka kembalike jeratnya, membawa mereka kembali ke keadilan saat fajar, seperti Israfil, Dia memanggil merekakembali dari Sana ke dunia yang tak berbentuk Dia tawan sekali lagi danmenjadikan setiap tubuh sarat dengan amal baik danburuk.KEBENARAN DI DALAM DIRI KITAAda taman indah, penuh pohon yang lebatAnggur dan rumput menghijau dan di situ duduklah seorang sufi, memejamkan tunduk, tenggelam dalam tafakurSeseorang bertanya,“Hai, mengapa tak kaulihatTanda-tanda Yang Maha Pengasih di sekitarmu yang diperintahkan oleh-Nya agar direnungi?”Sufi menjawab,“Tanda-tanda-Nya dalam diriku telah membentangkan dirinya, yang di luar hanyalah lambang dari Tanda-tanda.”Apa makna keindahan di dunia ini?Bagai pantulan dahan bergoyang di air, ia adalah bayang-bayangTaman Kekal yang membentang dalam kalbu Insan Kamil yang tak pernah layu3. Puisi Jalaluddin Rumi Tentang AgamaSelanjutnya adalah kata bijak jalaludin rumi tentang agama dalam bentuk puisi, Bagaimana kata kata puisi jalaluddin rumi yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak, untuk lebih jelasnya disimak saja dibawah BERSIH MELIHAT TUHANSetiap orang melihat Yang Tak Terlihat dalam persemayaman penglihatan itu bergantung pada seberapakah ia menggosok hati siapa yang menggosoknya hingga kilap,maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat semakin nyata WAKTUSetiap saat engkau mati dan kembali. “Dunia ini hanya sekejab,” sabda kita adalah anak panah yang dibidikkan oleh-NyaBagaimana ia akan tetap tinggal di udara? Ia akan kembali lagi kepada saat dunia diperbaharui kembali, dan kita tidak menyadari perubahannya yang tak pernah pun senantiasa mengalir baru, meski dalam tubuh tampak kemiripan bentuk yang cepatnya ia tampak berkesinambungan, bagai kembang api yang engkau putar dengan dan masa adalah gejala yang dihasilkan oleh cepatnya Tindakan Tuhan,Bagaikan punting berapi yang cekatan diputar menimbulkan ilusi lingkaran api RUHANIApabila engkau ikut serta dalam barisan mereka yang mengadakan Pendakian,ketiadaan akan membawamu keatas bagaikan bukanlah seperti naiknya makhluk hidup ke bulan;bukan, melainkan seperti naiknya pohon tebu ke bukanlah seperti naiknya asap ke langit; bukan itu,melainkan seperti naiknya embrio ke rasionalitas.4. Puisi Jalaludin Rumi Tentang Kehidupan Dan AgamaDan bagaian keempat adalah puisi jalaludin rumi tentang kehidupan, bagaimana kata kata nasehat kehidupan syekh jalaludin rumi, salam bait puisi kehidupan yang diterbitkan blog puisi dan kata bijak. untuk lebih jelasnya disimaks aja kata kata jalaludin rumi dibawah KEHIDUPANSeluruh kemampuan manusia tidaklah permanenseluruhnya akan musnah pada hari cahaya kesadaran dan seluruh ruh nenekmoyang kita bukanlah sirna semuanya, laksana yang telah meninggal dunia bukanlah tidak-adamereka terendam dalam Sifat-sifat sifatnya terhisap ke dalam Sifat-sifat Ilahi, samaseperti hilangnya bintang-bintang oleh hadirnya engkau menanyakan sumber dari Al-Qur’an, bacalah ayat, “Setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi ke Hadapan Kami muhdarun.Orang yang disebut dengan kata muhdarun bukanlah sehingga engkau dapat memperoleh pengetahuan yang pasti tentang abadinya kehidupan yang terhalang dari kehidupan abadi berada dalam kesengsaraan; ruh yang senantiasa bersatu denganTuhan terbebas dari berbagai KENANGANDikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga kitaNadanya berasal dari perputaran angkasa;Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkanNyanyian para Malaikat dan tumpul dan menyedihkan, ingatan kamiMasih menyimpan gema alunan nada musik adalah hidangan bagi para pencinta,Musik kan melambungkan jiwa ke dunia berpijar, api abadi pun kian berkobarSembari menikmati dengan suka-ria kami pun KENANGAN IINada seruling dan puput yang menawan dari putaran angkasa biru iman yang mengatas rantai angan dan si pembuat suara sumbang dan adalah bagian dari Adam, bersamanya kami para malaikat dan kami, walau tolol dan alunan musik biola musik adalah daging semua menggetarlambungkan jiwa ke langit berpijar, api abadi tambah dengar senantiasa dan hidup dalam ria dan TERLAHIRKANJika ada yang mengatakan kepada benih di rahim, “Di luar sana ada sebuah dunia yang sangat tertib,Sebuah bumi yang menyenangkan, luas-lebar, penuh kesenangan dan banyak makanan;Gunung, lautan, lembah-lembah, taman-taman semerbak dan sawah-ladang ada di sana;Langitnya begitu tinggi dan terang, sinar matahari, cahaya bulan dan bintang tak terkira;Keajaibannya tak terlukiskan mengapa kautinggal, mereguk darah, di dalam periuk kotor dan penuh kesengsaraan ini?Benih, sebagaimana benih, tentu akan berpaling tak percaya; sebab orang buta tak punya di dunia ini, apabila orang alim menceritakan ada sebuah dunia yang tanpa semerbak dan warna,Tak seorang di antara sekalian orang bodoh mau mendengar nafsu angkara adalah rintangan paling kukuh dan dengan hasrat benih akan darah yang telah mengasuhnya di tempat hina,Telah mencegahnya melihat dunia, sehingga sejak itu makanannya tak ada selain TIDUR DAN SEBUAH KEALPAANSeseorang yang telah bertahun-tahun hidup di suatu kota, segera setelah ia kota lain yang penuh kebaikan dan keburukan, dan kotanya sendiri melayang dari pernah ia berkata pada dirinya, “Ini kota baru aku seorang asing di sini.”Sebaliknya, ia membayangkan sering tinggal di kota itu, dilahirkan dan dibesarkan di kita jika jiwa tak ingat lagi akan kampung halamannya dulu dan tanah ia terbungkus dalam tidur sesaat di dunia ini, seperti bintang diselimuti awan?Lebih-lebih ketika ia menjejakkan kaki di berbagai kota dan debu yang menutupi penglihatannya belum tersapu.5. Puisi Jalaludin Rumi Tentang KerinduanSelanjutnya adalah puisi jalaludin rumi tentang rindu, dan untuk lebih jelansya disimak saja puisi jalaludin rumi tentang kerinduan berikut SERULINGDengar alunan pilu seruling sendu menusuk tercerai ia dari batangnya induk yang sesak dipenuhi cinta dan dekat tempatnya rahasia laguku seorang tahu serta kurindu kawan yang mengerti tanda mencampur rohnya dengan cintalah yang membakar cintalah yang memberiku cita kautahu bagaimana pecinta luka?Dengar, dengar alunan seruling bambu.6. Puisi Jalaludin Rumi Tentang KematianDan bagian kenam kumpulan syair dan puisi agama Jalaluddin rumi adalahh puisi jalaludin rumi tentang kematian bagaimana cerita syair kematian tersebut, selengkapnya disimak saja berikut pangeran umat manusia, betul-betul mengatakan bahwa tak seorang pun yang meninggalkan dunia iniMerasa sedih dan menyesal karena telah mati; namun begitu ia sangat menyesal telah kehilangankesempatan,Seraya berkata pada dirinya,“Mengapa tak kujadikan mati sebagai tujuanku—mati sebagai kedai segala keberuntungan dan kekayaan, Dan mengapa tak kukendalikan hidupku yang tertipu oleh bayang-bayang yang mudah lenyap dalam sekejap?”Sedih memikirkan mati tak ada hubungannya dengan ajal, hal itu disebabkan karena mereka berada dalam bentuk-bentuk keberadaan yang tak pernah merasa bahwa semua buih ini beriak dan hidup karena Sang Lautan telah melempar buih ke pantai, datangilah kubur dan lihat mereka!Tanyakan pada mereka, “Di mana arus gelombangmu sekarang?”Dan dengar jawab bisu mereka,“Tanyakan pada Lautan, jangan kepada kami.”Bagaimana buih dapat melayang tanpa ombak?Bagaimana debu bisa bangkit ke pusarannya tanpa angin?Ketika kausaksikan debu melayang, kausaksikan pulaAngin; ketika kausaksikan buih, kausaksikan pulaLautan Tenaga saksikan, penglihatan batinlah satu-satunya yang paling berguna dalam dirimu selebihnya adalah keping-keping gemuk dan daging, tulang serta seluruh tubuhmu ke dalam Penglihatan Batin jadilah penglihatan, jadilah penglihatan!Seseorang melihat kearifan tak lain sebagai sebuah kebun atau dua buah jalan; yang lain menyelidiki hidup yang sesat dan alam kerohaniaan dan menyaksikan Wajah Raja mereka.7. IMAN DAN AMALTuhan telah memasang tangga di hadapan kita kita harus mendakinya, setahap demi memiliki kaki mengapa dibiarkan lumpuh?Engkau punya tangan mengapa jari-jarinya tak kau pergunakan untuk menggenggam?Kebebasan-kehendak adalah upaya untuk bersyukur kepada Tuhan atas Karunia-Nya; kepasrahanmu berarti mencampakkan Karunia karena mampu bertindak bebas akan menambah kemampuanmu bersyukur Jabariyah merenggut apa yang Tuhan telah perampok itu berada di tengah perjalanan jangan tidur sampai engkau melihat gapura dan pintu gerbang!Apabila engkau bertawakkal kepada Tuhan, bertawakallah kepada-Nya dengan amalmu!Sebarkanlah benih, kemudian serahkanlah kepada Yang Maha Kuasa!Demikianlah puisi mistik jalaludin rumi dalam kumpulan puisi sufi dan puisi tentang agama dan kehidupan. baca juga puisi agama Islam lainnya atau puisi religi tentang hari akhir di halaman blog puisi dan kata bijak, semoga puisi dan syair sufi tentang kehidupan serta nasehat syekh jalaludin rumi yang diterbitkan bermanfaat. Sebagai salah satu ikon budaya universal dunia, Rumi dikenal dengan puisi dan kata-kata bijaknya yang indah. Terinspirasi oleh seruan Rumi untuk 'menemukan cahaya dalam diri', Rumi Dreams bertujuan untuk menghadirkan alam semesta Mevlâna Jalaluddin Rumi kepada khalayak luas," kata Refik Anadol dalam keterangan tertulisnya. 1. Tawakal Bila awan tidak menangis, mana mungkin taman akan tersenyum. Sampai anda telah menemukan rasa sakit, anda tidak akan mencapai obatnya Sampai hidup anda sudah menyerah, anda tidak akan bersatu dengan Jiwa tertinggi Sampai anda telah menemukan api dalam diri anda, seperti Teman, anda tidak akan mencapai musim semi kehidupan, JL. R 1201 Puisi di atas menggambarkan betapa kepasrahan/tawakkal akan menemui Sang kekasih idaman, menyatukan diri, berkelindan dengan kewujudan itu sendiri. Kalimat kepasrahan Rumi terdapat dalam baris puisi ke lima /sampai hidup anda sudah menyerah/ anda tidak akan bersatu dengan 34 Jiwa tertinggi/ kalimat yang digunakan adalah mengkontradiksikan dengan kalimat yang lain, mengkontrakan dua bait untuk memastikan keutuhan kalimat kepasrahan pada Sang Tuhan, /sampai/ kata ini menunjukkan jalan yang panjang yang akan ditempuh oleh seorang pencari Tuhan untuk menuju suatu tujuan yang hekekat, yaitu Tuhan itu sendiri, dan kata /sampai/ini diulang 3 kali dalam satu tema puisi yaitu / Sampai anda telah menemukan rasa sakit/ Sampai hidup anda sudah menyerah,/ Sampai anda telah menemukan api dalam diri anda, seperti Teman, artinya betapa jalan yang harus ditempuh itu jauh dan penuh dengan liku-liku. Dan sesudah kata /sampai/ adalah /hidup anda sudah menyerah/ hidup adalah gerak, sampai untuk menemukan dan menempuh jalan dengan gerak untuk menemukan kedirian /anda/ ini sesuai dengan sebuah hadis barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya’. Kemudian ada kata /menyerah/ yang artinya kepasrahan kepada Tuhan akan jalan kehidupannya, ia tidak pernah sampai menemukan Tuhannya sebelum ia sampai pada sebuah kepasrahan total, sebelum kata menyerah Rumi menyelipkan kata /sudah/ artinya kepasrahan itu sudah ditempuh sedemikian rupa maka baru ia bisa sampai pada kesatuan dengan Tuhan. Bait ke empat sebuah penegasan dampak dari kepasraan /anda tidak akan bersatu dengan Jiwa tertinggi/adalah kebesatuan dengan Tuhan, penggunakan kalimat /tidak akan bersatu/ini peniadaan seperti kalimat la ilaha atau hasr pembatasan untuk menemukan kepastiaan akan ada, meniadakan untuk mengadakan, bukan mengadakan untuk mentiadakan. Tidak akan bersatu dengan Tuhan, bukan tidak bisa menyatukan dirinya dengan Tuhan, tetapi kata “tidak” untuk “ia/wujud” keadaan yang sebenarnya, atau sebuah pertemuan yang sesungguhnya. Rumi dalam bait terakhir ke empat walau pun yang dituju adalah Tuhan, tapi ia menggunakan Jiwa tertinggi, bahwa perjalanan yang ditempuh cukup jauh dan bagaimana menemukan Tuhan untuk bersatu denganNya, maka ia harus benar-benar sampai pada kepasrahan yang sesungguhnya, maka akan 35 menemukan ketinggian baik ia adalah Tuhan Maha Tinggi, atau derajat yang tinggi, atau pengetahuan yang tinggi, karena seseorang tidak akan pernah menemukan dirinya sebelum meniadakan dirinya. Akan menemukan ada karena adanya tidak ada, dan menemukan ketiadaan karena ia merasakan atau melihat atau menemukan ada. Bait ke tiga, sangat terkait dengan bait sebelum dan sesudahnya, dan bait-bait tersebut menegaskan arti dari sebuah kepasrahan kepada Jiwa tertinggi. Bait kedua /sampai anda telah menemukan rasa sakit/ anda tidak akan mencapai obatnya. Rasa sakit yang dirasakan oleh seseorang adalah sebuah proses untuk menemukan dirinya yang sehat, atau seseorang yang sehat belum dikatakan sehat jika ia tidak memiliki pengalaman sakit, karena rasa itu juga memiliki dua keintiman, yang ababila tidak merasakan salah-satunya maka ia akan menemukan yang lain. Dalam bait di atas / anda tidak akan mencapai obatnya/ obat itu hanya dirasakan jika sakit menderanya, ini memiliki makna bahwa rasa sakit sebenarnya adalah obat itu sendiri, bagi seorang pencinta sakit adalah obat untuk menemukan arti sebuah cinta, seperti jembatan kematian untuk menemui hakekat cintanya ketika ia dibangkitkan. Obat kehakikian akan ditemukan, jika rasa sakit didedaranya. Inilah arti sebuah kepasrahan, sakit bagian dari takdir, dan obatnya adalah kehadiran merasakan sakit yang telah dideritanya, menikmati kesekenario Tuhan akan penyakit yang telah ditimpakan kepadanya, maka obat akan ia temukan jika benar-benar merasakan sakitnya. Obat di sini bisa diartikan obat hati, obat pikiran dan obat tubuh. Dan ia tidak akan merasakan kenikmatan kehidupan sebelum ia mersakan bagaimana penderitaan hidup. Sampai anda telah menemukan api dalam diri anda, seperti teman, /anda tidak akan mencapai musim semi kehidupan. Bait puisi ini berinterakasi dengan bait sebelumnya, kalimat yang digunakan seperti bait-bait sebelumnya, yaitu menafikan setelahnya untuk mempertegas maksud yang dituju “kebahagiaan”, kebahagiaan dalam 36 hidup Rumi menggunakan metafor musim semi, karena musim itu adalah musim yang sungguh indah dalam setahun, bunga-bunga berkembang, membulirkan warna warni, pohon menghijau dan cuaca yang menyejukkan, musim yang sungguh seperti surga dunia di kawasan Timur Tengah seperti Persia, Arab Saudi, dan sekitarnya atau kawasan Afganistan, Pakistan. Untuk menemukan musim itu maka orang harus pernah mengalami musim-musim panas, atau musim dingin dan dinginnya sungguh ekstrim demikian juga panasnya. /sampai anda telah menemukan api dalam diri anda/anda tidak akan mencapai musim semi kehidupan/. Seseorang akan mencapai kehidupan yang indah, pecintaan yang membahagiakan jika ia sudah melalui prahara cobaan dengan penuh kesabaran. Dalam bait di atas sesuai dengan penjelasan Imam Nawawi dalam syarah Qami’ Tughayan bahwa tawakkal ada tingkatan; tingkatan pertama seperti seseorang yang mewakilkan sesuatu kepada orang lain, tingkatan kedua seperti ketergantungan bayi pada ibunya, dan yang ketiga seperti mayat dihadapan orang yang memandikan. Dan yang nomor tiga inilah tawakkal yang paling tinggi, dalam bait di atas ada kecamuk tangis, rasa sakit, kepedihan, dan kalau itu bisa dilalui maka ia akan mencapai kepasrahan kepada Jiwa tertinggi. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, Allah SWT akan mencukupkan keperluannya Q/al-Araf3 . Cukuplah bagi Rumi sebuah kerinduan pertemuan dengan Sang Jiwa tertinggi, dan kerinduan itu dapat ditemukan jika ada kepasrahan kepada Sang Khaliq. 2. Syukur ... hidup seperti tinggal di losmen, tiap hari ganti tamu. Siapa pun tamunya senang-sedih, suka-duka, jangan lupa tersenyum 37 Beberapa puisi Rumi yang tersebar mengandung nila-nilai syukur yang luar biasa, bagaimana ia memahami syukur sebuah cagak untuk menupang atap bangunan spritualnya, salah satu bait puisinya adalah ... hidup seperti tinggal di losmen, tiap hari ganti tamu Jalaluddin Rumi mengganbarkan bahwa kehidupan hanya losmen funduk saghir tempat tinggal sementara, dan orang silih berganti beristirahat di dalamnya, kadang ada yang menikmatinya, ada pula yang merasa jenggah, hanya beristirahat sebentar kemudian tiada. Rumi menggambarkan bahwa tamu yang berseteduh di dalamnya tidaklah lama, mereka berganti orang dan berganti peran, tiada yang sampai berlama-lama di dalamnya, karena losmennya akan digantikan oleh orang setelahnya. Losmen digambarkan kehidupan, dan kehidupan di dunia tiadalah abadi, yang abadi adalah pesan dari kehidupan itu sendiri, kenapa mempertahankan yang tiada abadi, kalau hanya membawa ketiadaan, dan membawa kegaduhan, keluhan, sakit dan penyakit hati. Kalimat /hidup seperti tinggal di losmen/ adalah tamsil dari kenyataan, bahwa losmen tidak pernah tetap dihuni oleh satu orang /tiap hari ganti tamu/, tamu adalah sesuatu yang datang untuk berkunjung, ada tamu hakiki berupa orang mengunjungi teman atau sanak keluarganya, ada tamu sifat dan tamu sikap yang selalu berkelindan pada diri seseorang ada sikap iri, dengki, sombong, riyak ada pula sikap sabar, syukur, dan lainnya. Dan bagaimana memperlakukan tamu yang bertandang pada diri kita, baik tamu hakiki atau tamu metafor. Bait kedua /Siapa pun tamunya senang-sedih, suka-duka/ ketika tamu bertandang dengan segala sifat yang dibawanya, dengan segala karakter yang melekat, dan segala rupa-rupa tamu yang datang, maka /jangan lupa tersenyum/padanya, karena hidup hanya goresan kata di padang pasir. Ia sedikit demi sedikit menghilang dan benar-benar tiada. 38 Tersenyum adalah syukur, seseorang yang merasa senang dengan apapun yang terjadi pada dirinya dan apapun yang menimpa dirinya ia menerima, ia berterima kasih pada Allah terhadap apa yang telah dialaminya. Maka /Siapa pun tamunya senang-sedih, suka-dukaselalu bersyukur dengan /jangan lupa tersenyum/. Tumbuhnya senyum dikarenakan ada kelapangan hati, keluasan dada, dan kesadaran diri. Maka di sanalah letak rasa syukur kepada Allah, karena orang yang bersyukur karena ada kelapangan hati untuk menerima apa pun warnawarni kehidupan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, nescaya aku menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkarinikmat-Ku maka pasti azab-Ku sangat berat Q Ibrahim 147 3. Ridha Jika saja bukan karena keridhaan-Mu, Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini dengan Cinta-Mu? JL. R 1403 Ketika seseorang mengungkapkan kata-kata, maka seperti itulah terkadang yang dirasakannya. Jika tulisannya tentang kesedihan, maka pernah merasakan kepedihan dan kesedihan, karena tidak mungkin ia mengungkapkan sesuatu kalau ia tidak pernah merasakan apa yang diungkapkan, walau tidak semuanya melalui pengalaman pribadi. Puisi di atas sebuah ungkapan bahwa manusia tidak akan pernah memiliki arti apapun jika bukan karena ridha Allah. Jika saja bukan karena keridhaan-Mu/ kalimat ini menggunakan ungkapan /jika saja bukan..../adalah sebuah menegasan dan penekanan yang mendalam terhadap apa 39 yang akan disampaikan setelahnya, dan kalimat yang didahului dengan kalimat /jika.../maka membutuhkan sebuah jawaban ketegasan dari kata-kata setelahnya. Jika saja bukan karena keridhaan-Mu/ maka kalimat yang ditegaskan adalah keridhaan kerelaan dan “Mu” , yaitu sebuah keridhaan Tuhan yang benar-benar diinginkan dan diharapkan, karena dengan keridhaan inilah lautan berdansa bahkan bersunami, burung-burung terbang tinggi, hewan-hewan bercinta, manusia bermesraan, gunung-gunung menjulang tinggi, awan-awan berderet, angin bersemilir, mentari berseri-seri, bulan mempurnamakan diri. Dampak dari sebuah keridhaan Tuhan, maka manusia dapat melakukan berbagai macam aktifitas, kreatifitas, menghamba pada Tuhan, bersosial dengan sesama bahkan bercinta dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia yang tidak lebih kecil dibandingkan sebutir debu yang berada di jagat ini kadang seperti si raja hutan menganggap dirinya paling hebat, dan kadang seperti Fir’un dengan merasa bahwa dirinya sebagai Tuhan, atau seperti syaitan dengan segala kesomobongannya, kemudian mau kemana jika rasa kebesarannya tidak pernah ia kerdilkan dengan menganggap bahwa dirinya adalah sebiji dzarrah yang Allah tebar di bumi, dan bumi dibandingkan galaksi-galaksi hanya debu di jagad raya ini. Maka kalimat Rumi pada bait kedua /Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini/ dengan kerendahan hati dengan dipenuhi rasa membesarkan bukan kebesaran diri, dia menganggap bahwa keberadaan dirinya dan manusia hanya buliran debu yang bertebaran, tak bisa melakukan banyak hal kalau tidak digerakkan oleh angin Tuhan, ia tidak akan bisa beterbangan ke segala penjuru, tidak dapat menempel di dinding rumah, hotel, kerajaan atau mendaki gunung-gunung dengan iringan angin-angin yang mengilir. Hanya dengan keridhaan Tuhanlah semuanya bisa dirancang, ditumbuhkan, digerakkan, diredupkan, dihancurkan, dan dilenyapkan. Hanya sekenario Tuhanlah yang 40 bergerak memenuhi jagat semesta ini, dan manusia hanyalah bagian dari sekenario Tuhan untuk menghamba padanya, dan mereka bagaikan buliran-buliran jagung dengan segala dengan ridhaNya semuanya dapat berjalan, berotasi dan bergelombang. Maka seindah-indahnya kehidupan jika ia mampu menjadi orang yang ridha sebagaimana Allah ajarkan sifat ridhanya kepada manusia. “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati dengan segala nikmat yang diberikanlagi diredhai di sisi Tuhanmu” Quran Al-Fajr 8928 4. Haya’ malu “Ketika aku jatuh cinta, aku merasa malu terhadap semua. Itulah yang dapat aku katakan tentang cinta” “Dulu dia mengusirku, sebelum belas kasih pun turun ke hatinya dan memanggil. Cinta telah memandangku dengan ramah pula” “Cinta bagai perantara yang menaruh kasihan, datang memberi perlindungan pada kedua jiwa yang sesat ini” “Menangislah seperti kincir angin, rumput-rumput hijau mungkin memancar dari taman istana jiwamu. Jika engkau ingin menangis, kasihanilah orang yang bercucuran air mata, jika engkau mengharapkan kasih, perlihatkanlah kasihmu pada si lemah” JL. R 1504 Dalam bait ini, dan puisi Jalaluddin Rumi yang lainnya baik dalam Mastnawi, Rubaiyat, Fihi Ma Fihi, Syam Tibriz, ketika ia berbicara suatu nilai misalnya; haya’ selalu dihubungkan dengan cinta mahabbah, seakan ia tidak bisa lepas dengan cinta, karena menurunya cintalah yang mengantarkan segalanya. 41 Seperti bait pertama dalam puisi ini /Ketika aku jatuh cinta, aku merasa malu terhadap semua. Itulah yang dapat aku katakan tentang cinta/ dengan cintalah ia bisa memiliki sifah haya’, dan dengan sifat inilah gejolah birahi dapat diredam bahkan potensinya dialihkan, baik birahi wanita, harta, tahta, dan lainnya. Karena sifat malu hanya dapat dilakukan seseorang jika ia mampu menundukkan dirinya kepada Tuhan, dan malu pintu utama untuk memasuki ruangan-ruangan asrar Tuhan yang paling dalam. Al-haya’ minal iman, hadis ini sesuai dengan rangkaian puisi Rumi, bagaimana ia menyatakan rasa malunya karena dipenuhi cinta, cinta berangkat dari keimanan walau ada kata min sebagian dalam al-haya’ min iman tapi orang yang tidak memiliki rasa malu maka seperti keihilangan kendali dalam kehidupannya. Ia melakukan apapun demi hasrat dan birahinya, tidak akan peduli apapun yang yang terjadi, asalkan ia dapat menuntas segala keinginan hatinya, pikirannya bahkan keinginan hawa nafsunya. Rangkaian puisi ini, dari bait pertama sampai bait keempat, antara malu dan cinta adalah sebuah keterpaduan, malu berangkat dari cinta, cinta berangkat dari iman, dengan malu iman terjaga, karena hakekat malu adalah ihsan, dan ihsan selalu merasa diawasi oleh Tuhan, “Tidakkah ia mengetahui bahawa sesungguhnya Allah Melihat?” Quran Al-Alaq 9614. Bait keempat adalah aplikasi dari bagaimana malu pada Tuhan, yang kemudian menumbuhkan kedermawanan, ia tidak akan tega melihat orang lemah di sekelilingnya tanpa mendapat sentuhan tangannya /menangislah seperti kincir angin, rumput-rumput hijau mungkin memancar dari taman istana jiwamu. Jika engkau ingin menangis, kasihanilah orang yang bercucuran air mata, jika engkau mengharapkan kasih, perlihatkanlah kasihmu pada si lemah. 42 5. Sabar Kesabaran bermahkotakan keimanan, orang yang kehilangan kesabaran adalah tidak beriman. Nabi pun bersabda, “Allah tidak memberikan iman kepada orang yang sifatnya pemarah” Bersabar adalah jiwa yang tahu bersyukur, bersabarlah,sebab itulah permuliaan yang sesungguhnya. Tak ada permuliaan yang lebih berharga demikian. Bersabarlah, kesabaran dapat mengobati penyakit. “Bagi dermawan memang sesuai untuk memberi uang, tapi kedermawanan keaksih yang sesungguhnya ialah menyerahkan nyawanya. Kalau kita demi Allah memberi roti, kita akan diberi roti sebagai balasan; kalau kita menyerahkan hidup kita demi Allah, kita akan diberi hidup sebagai balasan” “Jika seorang kekasih Tuhan meneguk racun, racun jadi penawar racun, tetapi jika si murid yang meneguknya, pikirannya menjadi gelap” “Isilah hatimu dalam percakapan dengan orang yang selaras dengan kata hatimu; Carilah kemajuan rohani dari orang yang sudah maju” JL. R 1605 Bait-bait puisi Jalaluddin Rumi di atas adalah sebuah nutrisi kesadaran iman dengan memberikan asupan kesabaran, Rumi pada bait pertama menuliskan /kesabaran bermahkotakan keimanan/ orang yang kehilangan kesabaran adalah tidak beriman/. Kesabaran adalah kunci iman, jika ia ingin membuka iman maka melalui iman, dan menurutnya orang yang tidak memiliki kesabaran maka ia tidak beriman, bagaimana membuka pintu keimanan kalau kunci kesabaran tidak dimilikinya. Seorang raja akan disebut raja jika ia memiliki tanda yang berbeda dari khalayak umum; tandanya adalah mahkota, mahkota bagi seorang raja sebuah kehormatan dan kebesarannya. Seperti dalam keterangan bahwa asya’ru tajul marati rambut adalah mahkota perempuan, jika mereka tidak dapat memnjaga dan memeilihara rambutnya maka perempuan tidak akan 43 sempurna, atau kehormatan/kemaluan adalah mahkota perempuan, apabila perempuan tidak memiliki kehormatan dan kehormatannya sudah terenggus dengan tidak terhormat, maka sebernanya dia tiada, hanya jasadnya saja yang berjalan dimuka bumi. Rumi memetaforakan kesabaran sebagai mahkota keimanan. Kehilangan kesabaran dalam diri seseroang berarti ketiadaan iman padanya. Kemudian Rumi mempertega dengan puisi lainnya dengan mengutip sabda Raulullah saw /nabi pun bersabda, “Allah tidak memberikan iman kepada orang yang sifatnya pemarah/ iman sebagai kehdupan itu sendiri, seperti tidak memiliki kehidupan jika seseorang tidak memiliki keimanan, dan keimanan hanya diberikan kepada orang yang bersabar bukan pemarah, karena pemarah tidak berhak untuk menerima keimanan. Mengapa? Karena pemarah adalah penyebar murka, dan Allah tidak suka bagi orang yang menyebar kemurkaan, kekejian dan amarah. Kesabaran bukan hanya sebuah ungkapan yang dapat menenangkan hati pendengarnya, atau kesabaran bukanlah barang antik yang indah dipandang, tetapi menurut Rumi /bersabar adalah jiwa yang tahu bersyukur, bersabarlah, sebab itulah permuliaan yang sesungguhnya. Pada bait kedua Rumi memulai dengan kata arti sebuah kesabaran, setelah pada bait pertama ia menjelaskan bahwa tak ada iman bagi orang yang tidak bersabar, kesabaran menurutnya adalah jiwa yang bersyukur, karena tidak mungkin orang yang bersyukur tanpa ada kelapangan dada, seperti puisi Rumi... hidup seperti tinggal di losmen, tiap hari ganti tamu. Siapa pun tamunya senang-sedih, suka-duka, jangan lupa tersenyum. Seseorang dapat tersenyum jika ia menganggap hidup itu keindahan, walau apapun yang terjadi padanya. Kesabaran dan syukur adalah perkawinan yang indah, sebegaimana keterheranan nabi kepada orang yang ketika ditimpa musibah ia bersyukur ia bersabar, ketika beri kesenangan ia bersyukur, seakan-akan orang yang memiliki kesabaran dan syukur adalah bergelimang keindahan hidup. Maka kata Rumi /bersabarlah, sebab itulah permuliaan yang sesungguhnya/. Kehormatan, kemuliaan dan 44 keangungan sering dicari oleh kebanyakan orang, bagi orang muslim untuk mencari itu semua tidaklah susah cukup bagi mereka untuk bersabar, dan kesabaran adalah pemuliaan yang sesungguhnya /tak ada permuliaan yang lebih berharga demikian. Dan selanjutnya Rumi menegurai dengan indah, bahwa kesabaran selain sebuah kesyukuran dan kemulaan, adalah memberikan obat penyakit kehidupan, baik penyakit hati, pikiran dan jasa/ Bersabarlah, kesabaran dapat mengobati penyakit. Selanjutnya Rumi merajut puisi sebagai gambaran kesabaran yang mampu menerima mutiara yang mulcul dari jiwa yang besar /jiwa yang besar bertemu dengan jiwa yang terpecah dan menempatkan mutiara di dadanya. Melalui hubungan jiwa demikian, seperti Maryam, ia pun mengandung seorang penolong yang menawan hati/ orang yang sabar dalam kehidupannya seperti jiwa yang pecah, dan dalam pecahan tubuhnya akan dimasuki mutiara-mutiara kehebatan untuk menerima iman yang dapat menguatkan kehidupannya, dan dari iman itulah muncul mutiara-mutiara lain, seperti Isa yang lahir dari jiwa yang besar. Siti Marya. Siti Aminah yang melahirkan Muhammad. Wahai orang yang beriman! Bersaba larlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu Al-Imran 3200. 6. Al-Faqir "Bila ada orang yang gila harta menderita, maka orang suci akan datang untuk menyembuhkannya. Namun bila yang menderita itu adalah orang-orang suci, demi Allah, siapa bisa menyembuhkannya ?" JL. R 1706 Rumi pada bait ini memulai dengan kalimat /bila ada orang yang gila harta menderita/ dan melanjutkan dengan /maka orang suci akan datang untuk menyembuhkannya/. Ada syarat /jika/ ada jawaban dari syarat /maka/, adanya syarat 45 untuk mengetahui asbab yang terjadi. Dan yang menarik dari syarat yang digunakan oleh Rumi kalimat /ada orang yang gila harta menderita/ orang gila harta bukan hanya orang miskin atau fakir, tetapi bisa juga orang kaya harta tetapi tidak pernah menikmati kekayaannya, mereka selalu mencarinya dan menjadi budak dari harta itu, kalau mereka sudah menjadi budak mereka yang tergila-gila tidak akan pernah merasakan sebuah kebahagiaan, karena tidak ada orang yang bahagiaan dengan sebuah perbudakan yang mengekangnya, maka ia akan mengalami penderitaan, menurut Rumi /maka orang suci akan datang untuk menyembuhkannya. Orang fakir bukan orang yang tidak memiliki harta, tetapi orang yang selalu mengejar dan tergila-gila dengan harta, maka kefakiran harta dalam tasawwuf adalah kunci menuju Tuhan, karena jika harta yang menjadi budaknya bagaimana ia akan menjadi budak/hamba Tuhan. Orang sufi percaya bahwa di antara penyebab kegagalan mendekati Tuhan, mereka yang tergila-gila dengan harta. Berapa banyak orang bercerai dengan keluarganya, berapa banyak pertengkaran, permusuhan, perkelahian disebabkan harta kekayaan yang menggilakan, dan juga tidak sedikit kefakiran yang menyebabkan kekufuran, yakadu al-faqru an yakuna kufran. Selain kefakiran hati dan penderitaan yang menimpanya, mereka masih memiliki harapan untuk menjadi baik dengan mendekatkan diri kepada wakil-wakil Allah di muka bumi, meminta nasehat pada mereka, agar menjadi terang kembali kegelapan yang telah dialaminya disebabkan kegilaan harta dan penderitaannya /maka orang suci akan datang
Istilahtasawuf yang sering juga disebut dengan istilah sufi memang sangat jarang kita gunakan dalam kehidupan sehari - hari. Meskipun begitu, sebagai umat insan yang terus belajar, sudah sepatutnya kita mengetahui arti atau pun makna istilah tasawuf.

Tulisan Rumi terutama Masnavi awalnya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat Al Quran dan Hadist Nabi. Kajian terhadap karya Rumi oleh negara-negara Islam menunjukkan bahwa ini adalah tarekat untuk membantu pencari dalam usahanya mencari kebenaran. Namun ketika sampai di barat, pemaknaan mengalami perubahan. Tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi, perjalanan, dan psikologi Sufi. Sementara sisi spiritual yang diungkap adalah kasih sayang, dunia sufisme, ilusi vs realitas, dan keheningan, kekosongan, serta realisasi diri. Hal ini membuat karya Rumi kemudian kehilangan sisi religiusitasnya. Karya atau terjemahan Rumi hanya dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri, dan humanisme. Akhirnya produk-produk yang menjadi warisan dari pemaknaan sufisme barat ini dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu 1konsep diri, 2 psikonalisis Fromm dan humanisme Rogers, dan 3 terapi Mindfulness. Kesemuanya merupakan bentuk baru yang benar-benar berbeda dengan konsep awal Rumi, yaitu religiusitas Islam. Kata Kunci Barat, Masnavi, Puisi, Religius, Rumi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pergeseran Makna Puisi Maulana Jalaluddin Rumi Abdullah Azzam Al Afghani1, Subandi2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada e-mail 2subandi Abstrak Tulisan Rumi terutama Masnavi awalnya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat Al Quran dan Hadist Nabi. Kajian terhadap karya Rumi oleh negara-negara Islam menunjukkan bahwa ini adalah tarekat untuk membantu pencari dalam usahanya mencari kebenaran. Namun ketika sampai di barat, pemaknaan mengalami perubahan. Tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi, perjalanan, dan psikologi Sufi. Sementara sisi spiritual yang diungkap adalah kasih sayang, dunia sufisme, ilusi vs realitas, dan keheningan, kekosongan, serta realisasi diri. Hal ini membuat karya Rumi kemudian kehilangan sisi religiusitasnya. Karya atau terjemahan Rumi hanya dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri, dan humanisme. Akhirnya produk-produk yang menjadi warisan dari pemaknaan sufisme barat ini dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu 1konsep diri, 2 psikonalisis Fromm dan humanisme Rogers, dan 3 terapi Mindfulness. Kesemuanya merupakan bentuk baru yang benar-benar berbeda dengan konsep awal Rumi, yaitu religiusitas Islam. Kata Kunci Barat, Masnavi, Puisi, Religius, Rumi Pendahuluan Maulana Jalaluddin Al Balkh, atau yang lebih dikenal dengan nama Rumi atau Mevlana, lahir pada 1207 di provinsi Balkh, sekarang wilayah perbatasan antara Afghanistan dan Tajikistan. Keluarganya bermigrasi ketika ia masih kanak-kanak, tak lama sebelum Genghis Khan dan pasukan Mongolnya tiba di Balkh. Keluarga Rumi menetap secara permanen di Konya, Anatolia tengah, yang sebelumnya merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Timur. Rumi mempelajari tasawuf mula-mula melalui ayahnya yaitu Baha Valad, seorang pengkhotbah populer saat itu Mojaddedi, 2004. Ketika Rumi berusia 30an tahun, ia bertemu dengan seorang pria yang mengubah arah kehidupan dan pekerjaannya, yaitu Shams Tabriz. Shams adalah seorang darwis yang lebih tua, eksentrik dan pengembara. Rumi meninggalkan kehidupannya sebagai pengajar dan terus menimba ilmu kepada Shams. Shamsoddin dari Tabriz Shams mengajarinya tingkat Sufisme yang paling mendalam, mengubah dirinya dari seorang ulama menjadi seorang penyair Mirdal, 2010. Rumi mengekspresikan realitas barunya dalam tulisan-tulisan puisi yang mistis dan berjilid-jilid. Suatu hari Shams meninggalkan Konya dan kembali ke Damaskus. Rumi jatuh sakit dan merindukannya lalu memohon putranya untuk membawa Shams kembali ke Konya. Shams memang kembali, tetapi beberapa waktu kemudian menghilang lagi dan tidak pernah kembali. Pada masa-masa kesedihan dan penderitaan yang mendalam karena kehilangan Shams itulah Rumi mulai menulis puisi mistiknya Mirdal, 2010. Selanjutnya Rumi menemukan rekan baru yaitu Saladin dan Husam Chelebi. Husam Chelebi merupakan murid favorit Rumi karena mampu memahami kedalaman makna puisi Rumi Barks, Moyne, Arberry, & Nicholson, 1997. Keunikan dari jenis puisi Rumi yang kemudian disebut Masnavi adalah bahwa semuanya hampir selalu memiliki makna spiritual di dalamnya. Banyak puisi bersifat religius, moral atau mistik, tetapi jumlah yang jauh lebih besar bersifat alegoris Mirdal, 2010. Kumpulan puisi Rumi kemudian hari dianggap sebagai salah satu yang terbaik yang pernah dihasilkan oleh seorang penyair. Rumi menyelesaikan Masnavi dalam waktu 12 tahun dengan 6 volume. Masnavi begitu dihormati sebagai ungkapan mistik sufi yang sempurna sehingga sering disebut sebagai 'Quran dalam bahasa Persia ' Mojaddedi, 2004. Masnavi terdiri atas 50 ribu baris puisi yang disusun dalam 6 jilid. Cerita-cerita, perumpamaan-perumpamaan, ayat-ayat Al Quran, dan Hadist sering dikutip oleh Rumi sebagai ekspresi puisinya. Masnavi ditujukan untuk orang-orang yang tidak terbiasa dengan ilmu-ilmu Islam, mentransfer pesan-pesan yang berkaitan dengan tasawuf dengan cara yang lembut dan menyenangkan melalui cerita dan metafora. Menurut Karakoc dalam Kaya, 2016 Masnavi juga merupakan buku pembelajaran yang fundamental dengan konten mistis yang kuat. Rumi juga telah mengajarkan ayat-demi ayat Al Quran, mengintegrasikan, dan menafsirkannya. Karakoc juga percaya bahwa Rumi menulis Masnavi dengan preferensi dakwah secara tidak langsung sehingga semua orang dari berbagai kalangan dapat mengambil hikmah dan memperoleh manfaat, dengan tujuan untuk "melengkapi orang-orang beriman dengan moralitas Al-Qur'an". Tema Masnavi begitu luas, mulai dari personal mysticism, eksistensi, kemegahan cinta, hingga pemahaman terhadap sunnah. Pandangan Rumi mengenai pencipta dan ciptaan Tuhan jelas terinspirasi oleh Al Quran. Namun simbolisasi yang digunakan untuk menjabarkan Ketuhanan terkadang sulit untuk diterima secara logis. Tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan sifat-sifat Allah yang tidak dapat dipahami melalui akal. Hal inilah yang terkadang membuat pemikiran Rumi yang sebenarnya sulit untuk ditafsirkan dalam proses membaca secara umum Kaya, 2016. Membaca puisi-puisi Rumi akan sangat kental diwarnai mistisme religius. Puisi-puisi Rumi adalah mengenai kecintaan terhadap Tuhan dan bentuk hubungan manusia-Tuhan. Rumi, seperti banyak penyair sezamannya dan pendahulunya adalah seorang Sufi yang berarti ia memiliki pendekatan mistis terhadap Islam. Para sufi percaya terhadap Alquran dan ajaran Nabi Muhammad saw, tetapi bagi Sufi jalan menuju keselamatan tidak hanya didikte oleh kaidah ulama yang saklek. Para sufi berpendapat bahwa Hukum Islam Syari'a harus sebagian besar dilengkapi dengan Jalan Islam Tariq'a/Tarekat untuk membantu Pencari dalam usahanya mencari Kebenaran Haqiq'a Mannani, 2010. Masnavi Rumi menjelaskan bahwa hukum agama itu seperti lilin yang menunjukkan jalan. Tanpa lilin itu kita tidak bisa menginjakkan kaki di jalan spiritual. Begitu jalan diterangi oleh lilin yaitu cahaya hukum, musafir dapat memulai pencarian religiusitas di jalan Sufi. Pada akhir perjalanan, seorang musafir sampai kepada kebenaran. Rumi menggunakan analogi alkimia untuk menjelaskan transformasi. Teori-teori di balik transmutasi logam ibaratnya hukum agama. Seseorang perlu mengetahui hukum atau teori sebelum mulai berjalan di jalan kebenaran. Melalui perjalanan spiritual itulah kita benar-benar menerapkan zat-zat kimia pada logam, dengan mengikuti jalan menuju akhir kita dapat menyepuh tembaga menjadi emas dan mendapatkan kebenaran Lewis, 2014. Sufi memahami hukum atau syariah dalam arti yang luas, dengan merangkul pengetahuan dari semua ajaran teoretis Islam. Jalan atau Tarekat kemudian menjadi metode untuk menerapkan hukum. Kemudian Realitas Haqiqi adalah kondisi batin yang dicapai oleh pengembara dalam perjalanannya menuju Tuhan dan di dalam Tuhan. Pengingkaran Rumi atas formalitas keagamaan berakar dari ketidakpercayaannya pada pengetahuan, logika, dan dogma, sebagai satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan sebagai sarana untuk mendefinisikan hubungan manusia dengan Tuhan Mannani, 2010. Rumi mengungkapkan bahwa pencarian kebenaran dapat diungkapkan melalui metafora yang merupakan jembatan menuju hakikat dan kemanapun dia menemukan beragam wujud atau laku Tuhan adalah menuju kebenaran tertinggi. Metafora tersebut tergambar jelas dalam Masnavi dengan selang-seling bahasa Arab-Persia yang merujuk pada teks Al Quran. Rumi sendiri mengungkapkan bahwa Masnavi adalah the root of the root of the root of religion akar dari akar dari akar ajaran agama - dalam hal ini Islam. Masnavi tidak hanya menjelaskan bagaimana mencari kebenaran, tetapi juga menunjukkan cara untuk menjadi manusia yang terlahir penuh fully-born man Arasteh, 2008. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada awalnya karya-karya utama Rumi, salah satunya Masnavi adalah sebuah mahakarya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran yang berasal dari Allah SWT dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran agama Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat-ayat suci Al Quran. Dua dekade terakhir karya-karya Rumi menembus pasar Amerika Serikat dan menimbulkan sebuah fenomena yang disebut sebagai Rumi Phenomenon. Meskipun pada awalnya barat Amerika sama sekali tidak akrab dengan bentuk-bentuk 'spiritualitas Timur’ seperti puisi-puisi Khalil Gibran, spiritualitas Hindu, Buddhisme dan filosofi Zen, kehadiran Rumi yang memiliki akar tradisi Islam heterodoks Turki menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Beberapa buku terjemahan tentang Rumi sangat laris antara lain The Essential Rumi yang ditulis oleh Coleman Bark, Rumi’s Daughter yang ditulis oleh Maufroy, A Moth to the Flame The Story of the Great Sufi Poet Rumi oleh Zweig dan Rumi The Fire of Love yang ditulis oleh Nahal. Sebelumnya tidak pernah ada seorang penyair Muslim mendapatkan popularitas sebesar ini di pasar sastra Amerika. Hal ini kemudian berhasil menciptakan bentuk hubungan kekerabatan transatlantik transatlantic cultural kinship antara Turki sebagai asal Rumi dan Amerika sebagai pasar Furlanetto, 2013. Oleh masyarakat barat, Rumi dipercaya mampu memenuhi rongga kekosongan di hati para pembaca Amerika, sebuah kebutuhan yang mereka tidak ketahui atau tidak disadari. Selain itu masyarakat Amerika juga membutuhkan tuntunan spiritual yang dapat di ekstrak dari karya-karya Rumi yang universal Furlanetto, 2013. Rumi bukan hanya seorang penyair, seorang mistikus dan pendiri tatanan agama; dia juga seorang yang memiliki wawasan mendalam tentang sifat manusia. Dia membahas sifat naluri, kekuatan nalar atas naluri, sifat diri, kesadaran, alam bawah sadar, dan kesadaran kosmis. Rumi membahas masalah kebebasan, kepastian, dan otoritas. Dalam semua bidang ini, Rumi memiliki banyak pandangan mengenai sifat manusia Arasteh, 2008. Rumi tidak hanya menceritakan kisah-kisah yang sifatnya menggurui atau mengaitkan pemahaman filosofis, tetapi kata-katanya telah dibuat untuk mentransmisikan sesuatu yang lebih besar. Seperti yang sering dikatakan oleh para Sufi, hal ini tidak dapat dipelajari dari luar outside, melainkan hanya dapat ditemukan dari dalam within. Berkali-kali Rumi mengkritik orang-orang yang belajar panjang lebar tentang hal-hal lahiriah, tetapi melewatkan kebenaran batiniah Arberry, 2000. Rumi adalah sosok luar biasa di dunia Turki dan Indo-Pakistan, dan dalam beberapa dekade terakhir ia telah menjadi penyair terkenal di Barat, terutama di Amerika Serikat. Banyak orang Amerika dari berbagai latar belakang sangat tersentuh oleh syairnya. Kelaparan dan kehausan masyarakat Amerika akan bimbingan spiritual tampaknya telah ditemukan dalam karya Rumi sebagai sumber regenerasi. Beberapa ahli membandingkan kesuksesan Rumi dengan keberhasilan The Prophet karya Khalil Gibran yang menarik perhatian masyarakat Amerika karena falsafah yang dikandungnya. Tapi fenomena Rumi tidak diragukan lagi lebih besar, dengan jumlah pengikutnya semakin banyak dari hari ke hari El-Zein, 2010. Rumi dianggap oleh banyak orang Amerika saat ini sebagai pemandu spiritual. Bukan hanya sebagai penyair tetapi juga menjadi pemandu untuk renaissance yang berjuang melawan peradaban barat yang sekarat. Tampaknya Rumi dipilih saat ini karena ia berada di jantung daya tarik Barat dengan tasawuf. Rumi bahkan menjadi penyembuh, semacam kebangkitan isu-isu yang mengancam masyarakat Amerika seperti masalah minoritas dan masalah depresi psikologis El-Zein, 2010. Furlanetto 2013 dalam kajiannya terhadap novel The Forty Rules of Love sebuah novel semi biografi Rumi karya Elif Shafak menyatakan bahwa buku dan novel-novel tentang Rumi menjadi laris di Amerika karena beberapa hal. Penulis novel menggunakan beberapa metode untuk mengenalkan Rumi ke khalayak Amerika, yaitu dengan a Americanisation of Rumi Novel-novel tentang Rumi dibuat lebih kebarat-baratan dan berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari, b The healing effect of Rumi’s poetry Belakangan ini orang-orang Amerika membaca Rumi untuk membebaskan diri dari rasa takut, kemarahan dan depresi dan dengan membaca puisi Rumi menjadikan mereka lebih termotivasi untuk menemukan jati diri dan makna hidup, c Sufisme bersifat Universal, dapat diterima agama manapun. Spiritual guidance yang dapat diekstraksi dari puisi yang terlepas dari tradisi teologis spesifik, d Similarities between religions Novel-novel tentang Rumi lebih memaknai persamaan antar-agama dibanding perbedaan dan e The parallel between post-9/11 America and thirteenth-century Anatolia Pasca 9/11 karya Rumi dianalisis dalam perspektif rekonsiliasi. Perhatian utama Rumi terhadap cinta dan toleransi telah berfungsi sebagai bukti adanya Islam lain’ yang jauh dari fundamentalisme. Popularitas Rumi di barat saat ini menunjukkan bahwa perbedaan ruang dan waktu berabad-abad dapat terjembatani. Puluhan penerjemah membawa puisi-puisi bahasa Persia ke dalam bahasa Inggris dengan berbagai gaya penulisan. Beberapa cukup berhasil, namun ada pula yang mendapatkan respon yang kurang yang dihadapi oleh setiap penerjemah adalah membawa bahasa dan kebudayaan Persia beberapa abad silam ke bahasa lain dengan tetap mempertahankan kebenaran, semangat dan arti orisinilnya. Dalam hal ini penerjemahan tekstual kata-per kata sama sekali tidak membantu. lebih dari itu penerjemahan yang hanya memaknai puisi mungkin dapat dipahami oleh pembaca namun keindahan dan kegairahan bahasa puisi yang asli tidak terwadahi dengan baik. Terjemahan yang lebih bebas kadang-kadang kehilangan konteks spesifik waktu dan tempat, meninggalkan kita dengan terjemahan modern yang hambar yang jauh dari konteks spiritualitas yang dimaksud Rumi Akhtarkhavari & Lee, 2016. Penerjemahan puisi-puisi Rumi yang dianggap paling berhasil saat ini adalah The Essential Rumi dan The Soul of Rumi yang ditulis oleh Coleman Barks. Kedua buku tersebut terjual lebih dari kopi dan sukses membuat puisi Rumi menjadi bacaan populer di Barat. Meskipun begitu Barks sendiri bukan murni penerjemah atau pentafsir karya Rumi karena ia tidak begitu mahir membaca atau menulis bahasa Persia. Barks juga bukan sarjana di bidang Islamic studies, ia menyandang gelar di bidang sastra Inggris Ali, 2017. Pada beberapa buku tentang Rumi ataupun terjemahan karyanya yang terjadi di barat, terutama Amerika Serikat, dapat dilihat dua jenis pendekatan untuk mengeksplorasi karya Rumi, yaitu akademik dan non-akademik yang kemudian disebut sebagai pendekatan new sufism. Terdapat banyak kritik mengenai new sufism pada penerjemahan karya-karya Rumi karena dianggap terlalu kebarat-baratan dan meninggalkan akarnya yaitu tradisi religius Muslim El-Zein, 2010. Tujuan telaah literatur pada penulisan ini adalah untuk melihat pergeseran makna puisi-puisi Rumi. Awalnya puisi-puisi Rumi merupakan manifestasi Al Quran dan Hadist Nabi sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, sarana untuk mengungkapkan cinta kepada Tuhan, sarana untuk dakwah penyebaran islam dan segala hal yang sifatnya religius. Namun ketika sampai ke barat, akar religius Islam seolah dikesampingkan dan bahkan dicabut saripatinya. Penerjemahan mengikuti selera pasar dan membuat karya atau terjemahan Rumi sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri self, dan humanisme. Coleman Barks bahkan mengungkapkan sesederhana puisi Rumi adalah puisi cinta sebagaimana Rumi ke Shams, saya kepada Anda, kekasih kepada yang tercinta, dan cinta alam semesta El-Zein, 2010. Paradoks seperti ini tidak dapat dihindarkan. Meskipun agama memberikan kekuatan ketika ragu, memberikan kepastian dan keyakinan, meningkatkan perasaan aman, dan mencegah rasa sakit sehingga melindungi dari penyakit mental, Hamsyah & Subandi, 2017 namun bagi masyarakat barat spiritualitas adalah hal yang terpisah dari agama El-Zein, 2010. Diskusi Untuk memahami pergeseran makna puisi Rumi dari Religius timur menjadi Humanisme di barat terlebih dahulu perlu membahas mengenai bagaimana orang Amerika memahami tradisi agama dan pandangan masyarakat barat mengenai new religious movements. Hubungan antara Islam dan masyarakat barat adalah salah satu titik masuk dalam memahami gerakan ini. Gerakan agama baru new religious movements - NRM merupakan komunitas agama atau kelompok spiritual modern yang terpinggirkan di dalam budaya agama dominan di negaranya. NRM pada awalnya mungkin menjadi bagian dari agama institusional, namun dalam hal ini mereka berbeda dari denominasi yang sudah ada sebelumnya Clarke, 2006. Dalam konteks Barat, khususnya Amerika Serikat, Islam hanyalah salah satu dari banyak tradisi keagamaan yang dihormati. Identifikasi dengan Islam menimbulkan tantangan yang kompleks bagi mereka yang ingin memahami gerakan Sufi. Dalam kasus gerakan perennialis, hal ini bukan masalah. Anggota gerakan semacam ini tidak harus menjadi Muslim formal, menjalankan ritual Islam, atau mengikuti aturan berpakaian tertentu Malik & Hinnells, 2006. Penelitian sebelumnya menunjukkan bagaimana selama berabad-abad, orang Amerika terobsesi dengan agama namun kebanyakan membicarakan spiritualitas terpisah dari agama. El-Zein, 2010. Hal ini berlaku pula dalam penulisan karya-karya sufi. Untuk dapat diterima masyarakat barat dan laris di pasaran, penulisan atau penerjemahan karya sufi dalam hal ini karya-karya Rumi akan lebih diterima jika melepaskan diri dari unsur-unsur keagamaan yang sifatnya institusional. Malik & Hinnells 2006 menyatakan bahwa tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi transformation, perjalanan travel and psikologi Sufi Sufi psychology. Transformasi transformation Salah satu bentuk konversi adalah menjadi Muslim yang formal dan taat. Namun ide transformasi yang dimaksud disini lebih luas daripada itu. Ada banyak tahap transformasi, dan bergabung dengan tatanan sufi universalis juga merupakan jenis konversi. Dalam hal ini penulis Sufisme Amerika memberikan deskripsi psikologis tentang transformasi kehidupan batin dengan menggunakan kosakata kontemporer yang lebih kaya. Perjalanan spiritual travel Bepergian telah menjadi ciri khas dari pencarian spiritual dan motif umum teori sufi klasik. Salah satu fungsinya adalah untuk membuat, menjaga dan memperdalam kontak dengan orang-orang dan tempat-tempat tertentu. Tempat-tempat yang pernah dikunjungi di masa lalu dan yang akan dikunjungi di masa depan adalah tempat-tempat suatu tradisi dibangun atau dibangun kembali. Tempat satu berhubungan dengan tempat lain dan setiap tempat yang diisi secara positif oleh agama atau dari filosofi yang baik akan meringankan seseorang dari banyak hal negatif yang beredar dalam diri mereka. Perjalanan Sufi adalah ziarah ke situs-situs tertentu untuk memberi energi dan memurnikan. Psikologi Sufi Sufi psychology Tema utama literatur yang terinspirasi oleh gerakan Sufi Barat adalah model psikologi transformasi dan penyembuhan psychological models of transformation and healing. Paralelisme antara Sufi-psikologi dan psikoterapis Barat juga telah lama dikenal. Klien Sufi-psikologi merupakan pencari spiritual yang memiliki minat kuat untuk pengembangan diri, seperti halnya psikologi humanistik. Meskipun begitu terdapat perbedaan antara psikologi yang secara langsung 'diilhami' oleh spiritualitas sufi dan psikologi dengan teknik terapi holistik. Gustav Jung serta beberapa psikolog transpersonal seperti Wilber, Tart, Ornstein, dll semuanya memiliki kesamaan gagasan bahwa manusia harus menemukan cara untuk berada, bersentuhan dan hidup dalam harmoni atau penyatuan dengan sumber makna dan orientasi yang transenden atau transpersonal. Psikologi spiritual lebih eksplisit dalam melihat kenyataan transpersonal ini sebagai ketuhanan atau ilahiah lebih dekat dengan cara mistis dalam berbagai bentuk spiritualitas tradisional, termasuk tasawuf Malik & Hinnells, 2006. Buku-buku Rumi oleh Coleman Barks dan Kabir Helminski merupakan terjemahan akademis dari bahasa Persia yang berhasil menghubungkan teks Rumi dengan tradisi Muslimnya. Namun mereka masih mempertahankan cita rasa New Age dalam arti bahwa tulisan mereka memang sengaja ditujukan kepada khalayak luas dan berupaya memberikan pandangan praktis bagi para pembaca. Dalam beberapa bagian bahkan bahasanya menyerupai bahasa New Age El-Zein, 2010. El-Zein menyebut bahwa buku-buku New Age sebagian besar tidak memasukkan istilah-istilah Islam. Beberapa dari buku New Age kadang-kadang merujuk pada sufisme tanpa memperhatikan susunan yang dimaksud oleh penulis aslinya. El-Zein 2010 menyatakan bahwa untuk menafsirkan Rumi, menggambarkan ayat Rumi, mengubah Diwan menjadi simfoni dan tarian adalah hal yang sulit. Tidak ada negara di luar negara Islam tertarik dan memiliki perhatian yang besar terhadap karya Rumi. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan Rumi yang sangat besar di Amerika adalah karena fakta bahwa orang-orang Amerika menemukan sesuatu di dalam tulisan-tulisan Rumi, yaitu spiritualitas. Spiritualitas tersebut dirangkum oleh El-Zein dalam empat poin, yaitu love; the Sufi universe; illusion versus reality; dan silence and emptying the self. Dari Cinta Manusia ke Cinta Ilahiah From Human Love to Divine Love Poin pertama dalam spiritualitas Rumi adalah cinta. Orang Amerika tertarik pada karya Rumi karena fokusnya pada cinta. Ketika ditanya mengapa mereka tertarik pada Rumi, orang Amerika umumnya tidak menganggap puisi Rumi sebagai agama, melainkan sabda tentang cinta. Rumi menemukan bagaimana cinta manusia dapat diubah menjadi cinta Tuhan. Cinta seperti yang dijelaskan oleh Rumi adalah pengalaman saat ia menjelaskan dalam bait berikut Seseorang bertanya, `Apa itu Cinta? 'Rumi menjawab, Jangan tanya tentang arti ini. Ketika kamu menjadi sepertiku, kamu akan memahaminya. Ketika Ia memanggilmu, kamu akan bergetar mendengarnya. Tuhan akan membawa orang-orang yang Dia cintai dan yang mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembutlah terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Melalui ajaran spiritual Rumi, seseorang dapat melihat bagaimana cinta Rumi berakar dari tradisi Muslim. Rumi menggunakan simbol-simbol Islam untuk berbicara tentang cinta. Namun pada penulisan akademik di barat, beberapa hal bertentangan dengan dasar islam dari cinta yang dimaksud Rumi. Terjemahan Barks dan Harvey fokus pada gagasan cinta yang tidak selalu berakar pada tradisi Islam. Penerjemah new sufisme seperti Barks dan Harvey menjelaskan fakta bahwa Rumi menempatkan nama Shams yang dicintainya dalam puisi, sebagai bukti bahwa kepribadiannya sendiri bergabung dengan orang yang dicintainya. Mereka tidak menekankan - seperti dalam karya ilmiah - gagasan bahwa cinta manusia ini ditransformasikan menjadi cinta Tuhan. Coleman Barks mengatakan bahwa semua puisi ini adalah puisi cinta sebagaimana Rumi ke Shams, saya kepada Anda, kekasih kepada yang tercinta, dan cinta alam semesta. Sema The Dancing Universe Poin kedua menurut El-Zein 2010 adalah konsep alam semesta yang berputar tanpa henti. Suatu gerakan berputar yang disebut sema, membuka pintu surga. Dikatakan bahwa banyak puisi Rumi ditulis dalam keadaan ekstasi. Rumi menciptakan tarian berputar yang dilakukan dengan jubah putih, iringan buluh dan drum. Dalam keadaan ekstasi itulah Rumi berpuisi yang segera ditulis oleh para muridnya. Seluruh alam semesta dalam pandangan Rumi terbentuk dari gerakan bergantian menghirup dan menghembuskan nafas, siang dan malam. Visi alam semesta sufisme yang berputar juga ada dalam teks lain, seperti Ibnu Arabi. Melalui tarian mereka membaca dan berdoa, seolah-olah sedang bercinta dengan kekasih mereka. Ilusi Versus Kenyataan Poin spiritualitas ketiga yang menarik orang Amerika mempelajari Rumi adalah pernyataan Sufi bahwa semua yang tampak hanyalah tipuan. Ini membuat Sufism lebih dekat dengan fisika baru yang menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengamati dunia fisik saja karena itu hanyalah ilusi. Fisika baru sering membahas bahwa kita berada dalam berbagai kemungkinan realitas. Syair-syair Rumi mengajak para pembacanya untuk melampaui bentuk-bentuk tampak guna mencapai Realitas tertinggi. Keheningan, Kekosongan, dan Realisasi diri Silence, Emptiness and Self-realization Poin spiritualitas terakhir Rumi, ketika seseorang menemukan bahwa segala sesuatu adalah ilusi, ia akan memilih untuk tetap diam seperti dalam syair Rumi bahwa bahasa tidak dapat mengekspresikan yang tak terlukiskan. Rumi mengajak kita ke sebuah wacana baru yang tidak memerlukan kata-kata namun mengandung makna mendalam. Konsep keheningan dan kehampaan ini, Rumi memandangnya melalui kalimat Shahadat, laa ilaha illa Allah Tiada Tuhan Selain Allah Untuk memahami secara mendalam pernyataan seperti ini, seseorang harus mendapatkan keheningan dan mendengarkan Al Quran `Dengarkan teksnya dan berdiamlah! Diamlah! Karena kamu bukan lidah Tuhan, maka jadilah telinga!'. Sementara dari sudut pandang Harvey keheningan itu seperti memusatkan energi pada satu titik. Empat poin seperti yang disebutkan di atas memiliki kemiripan tertentu antara mistisisme dan psikoanalisis menurut pandangan new sufism. Davenport mengajak orang Amerika untuk membaca Rumi untuk membebaskan diri dari rasa takut, marah, dan depresi. Pandangan ini juga digaungkan oleh Andrew Harvey yang menjelaskan bahwa kita harus menggunakan ajaran Rumi dan tulisan-tulisannya karena masalah kita sebagai manusia adalah kita berada dalam depresi psikis yang masif. Lebih lanjut Harvey menambahkan bahwa membaca dan mendengarkan Rumi untuk menemukan jati diri real self El-Zein, 2010. Pergeseran makna dan pemaknaan terhadap karya-karya tulis sufisme di barat, utamanya karya Rumi menjadikan produk-produk baru yang diekstraksi secara akademis namun mencabut akar keagamaannya. Produk-produk sufisme di barat terutama yang berkaitan dengan keilmuan Psikologi yang mengadopsi karya Rumi sangatlah banyak. Pada telaah ini penulis akan mengurai setidaknya tiga hal, yaitu 1konsep diri self Rumi Nafs yang memiliki tingkatan dari Nafs-Amara hingga Nafs Muthmainna atau Nafs Lawwamah Arasteh, 2008, 2 psikonalisis Fromm Arasteh, 2008 atau humanisme seperti Rogers Ersever, 1999, dan 3 terapi Mindfulness dengan mengadopsi konsep Rumi here and now Mirdal, 2010. Nafs Manusia berpotensi mewarisi kekuatan yang dapat mengarahkannya ke kondisi terendah seperti hewan atau kondisi tertinggi yang mulia. Dalam pengertian evolusi, kekuatan ini telah berkembang memanifestasikan dirinya dalam akal manusia. Manusia harus melampaui akal untuk mencapai keadaan terbaik Nafs-e-Mutma'inna, atau jatuh ke bawah Nafs-Ammara. Dalam tafsir sosial, Nafs adalah pencarian kekuasaan, mencari kesenangan segera, menjadi budak atau budak kekayaan. Kekuatan Nafs berkembang dalam benak keinginan yang sedemikian rupa sehingga seorang penguasa dengan rela melakukan tindakan tidak manusiawi untuk memuaskannya. Kejahatan dalam sifat manusia, seperti kerakusan, membuat sifat manusiawinya hilang Arasteh, 2008. Rumi dan Erich Fromm Fromm sebagaimana Rumi berbeda dari Freud yang melihat manusia sebagai makhluk yang terisolasi yang mempelajari penyakit manusia dari budayanya sendiri, dan digeneralisasikan pada manusia semata. Filsafat Rumi dan Fromm tidak memusatkan perhatian pada manusia di era tertentu, tetapi manusia dalam hal tujuan hidupnya, dalam kaitannya dengan keberadaannya, dan potensi untuk berkembang. Sementara itu dalam kaitannya dengan cinta, Fromm seperti halnya Rumi menemukan bahwa cinta adalah obat dari semua obat. Menurut Fromm “Kesadaran akan pemisahan manusia, tanpa penyatuan kembali oleh cinta adalah sumber rasa malu dan pada saat yang sama sumber rasa bersalah dan kecemasan." Adanya pemisahan dengan kekasih menyebabkan kecemasan, yang merupakan akar dari segala kecemasan. Dalam mempelajari secara analitis apa yang dipraktikkan Rumi, Fromm menegaskan bahwa cinta adalah jawaban untuk masalah eksistensi manusia. Seseorang dapat mempelajari eksistensinya dengan menjadi manusia yang bertanggung jawab yaitu dengan peduli, memberi, dan dengan menghormati orang lain. Selain itu, seseorang harus aktif pula dalam cinta. Karakter aktif cinta dapat digambarkan dengan menyatakan bahwa cinta adalah memberi, bukan menerima Arasteh, 2008. Rumi dan Carl Rogers Carl Rogers dan Mevlana Rumi sangat menghargai hubungan interpersonal. Mereka berdua percaya bahwa individu dapat berkomunikasi satu sama lain dan membentuk hubungan yang sehat dan membantu. Perasaan individu individual's feelings penting menurut Rogers dan Mevlana. Mereka berdua fokus pada masa kini, bukan masa lalu. Rumi beranggapan bahwa jika seseorang terbuka, jujur, menghormati, toleran, tidak menghakimi, mencintai orang lain, dan mampu menjadi dirinya sendiri, melihat dunia dengan mata orang lain untuk merasakan perasaan orang lain, menerima orang lain tanpa memandang kelemahannya, dan memperlakukan orang lain secara setara, ia dapat menciptakan persahabatan yang sehat dan langgeng dengan mereka. Prinsip-prinsip ini juga hadir dalam pendekatan Rogers yang berpusat pada orang person-centred approach, yang mencakup konsep kesesuaian, ketulusan, penghargaan positif tanpa syarat, dan pemahaman yang empatik. Rogers dan Mevlana Rumi juga sama-sama menekankan pentingnya cinta Ersever, 1999. Mindfulness Mindfulness adalah kesadaran yang muncul melalui pemusatan perhatian pada tempat disini dan saat ini here and now dan berusaha mengalami saat ini tanpa berfokus pada tujuan masa depan, dalam arti tidak menggenggam atau menyingkirkannya. Lima faktor diungkapkan oleh Mirdal 2010 sebagai konsep kunci mindfulness yaitu mengamati observing, menggambarkan describing, bertindak dengan kesadaran acting with awareness, tidak menilai pengalaman batin non-judging of inner experience dan tidak mereaksi pengalaman batin non-reactivity to inner experience. Konsep-konsep dasar dalam ajaran Rumi dapat dijabarkan lebih lanjut dalam kaitannya dengan terapi mindfulness menjadi berikut a Penerimaan atas apa yang terjadi saat ini dengan menghadapi apapun penderitaan atau rasa sakit yang dialami Accepting the Present Moment—Facing Sorrow and Pain, b meninggalkan dan melihat dunia dengan pandangan baru Unlearning and Looking at the World with A Beginner’s Mind’, c mengubah fokus dari memikirkan dirinya sendiri egosentris menjadi peka terhadap orang lain decentering, changing one’s focus from Self to Other, d meditasi dengan melakukan perjalanan dan mengatur nafas Meditation Breathing and Walking, e menyelaraskan tubuh dan pikiran melalui musik dan tarian attunement of body and mind through mediation, music and dance, dan f Flow and Letting-Go. Budaya non-barat dapat menjadi sumber inspirasi untuk pendekatan modern dalam mengobati stres dan penderitaan. Kearifan yang sifatnya universal pada filsafat Rumi yang berasal dari pemikiran Islam dapat menjadi sumber inspirasi bagi para psikoterapis transkultural. Meskipun begitu, semua psikolog di barat tidak perlu menjadi seorang yang religius untuk melakukan terapi ini. Hanya butuh menjadi seorang yang lebih terbuka terhadap religious experiences yang dialami oleh klien Mirdal, 2010. Kesimpulan Pada awalnya karya-karya utama Rumi, salah satunya Masnavi adalah sebuah mahakarya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran yang berasal dari Allah SWT dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran agama Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat-ayat suci Al Quran dan Hadist Nabi. Bahkan dikatakan bahwa Masnavi adalah Al Quran dalam bahasa Persia. Kajian-kajian terhadap karya Rumi oleh negara-negara Islam menunjukkan bahwa ini adalah Jalan Islam Tariq'a/Tarekat untuk membantu pencari dalam usahanya mencari Kebenaran Haqiq'a. Ketika sampai di barat, karya-karya Rumi diterjemahkan dengan mengikuti selera pasar Amerika, yaitu keyakinan bahwa selama berabad-abad orang Amerika terobsesi dengan agama namun kebanyakan membicarakan spiritualitas terpisah dari agama. Untuk menyentuh hati pembaca Amerika maka perlu mempertimbangkan a Americanisation of Rumi, b The healing effect of Rumi’s poetry, c Sifat Sufisme yang universal, d Similarities between religions dan e The parallel between post-9/11 America and thirteenth-century Anatolia. Tema-tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi transformation, perjalanan travel and psikologi Sufi Sufi psychology. Sementara sisi spiritual yang diungkap adalah kasih sayang love, Dunia sufisme the Sufi universe, ilusi vs realitas illusion versus reality, dan keheningan, kekosongan, serta realisasi diri silence and emptying the self. Namun demi memenuhi pasar Amerika tersebut, ada harga yang harus dibayar yaitu terputusnya karya seni ini dari agamanya. Karya atau terjemahan Rumi hanya dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri self, dan humanisme. Coleman Barks bahkan mengungkapkan sesederhana puisi Rumi adalah puisi cinta sebagaimana Rumi ke Shams, saya kepada Anda, kekasih kepada yang tercinta, dan cinta alam semesta. Akhirnya produk-produk yang menjadi warisan dari pemaknaan sufisme barat terutama yang berkaitan dengan keilmuan Psikologi yang mengadopsi karya Rumi dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu 1konsep diri self Rumi, 2 psikonalisis Fromm dan humanisme Rogers, dan 3 terapi Mindfulness dengan mengadopsi konsep Rumi here and now. Kesemuanya merupakan bentuk baru yang benar-benar berbeda dengan konsep awal Rumi, yaitu religiusitas Islam. Referensi Akhtarkhavari, N., & Lee, A. 2016. Love Is My Savior. The Arabic Poems of Rumi. Michigan Michigan State University Press. Ali, R. 2017, January 5. Newyorker. Diambil kembali dari Arasteh, A. R. 2008. Rumi the Persian, the Sufi. New York Routledge. Arberry, A. J. 2000. Discourse of Rumi or Fihi Ma Fihi. Iowa Omphaloskepsis. Barks, C., Moyne, J., Arberry, A., & Nicholson, R. 1997. The Essential Rumi. New York Castle Books. Clarke, P. B. 2006. New Religions in Global Perspective A Study of Religious Change in the Modern World. New York Routledge. El-Zein, A. 2010. Spiritual Consumption in the United States The Rumi phenomenon. Islam and Christian–Muslim Relations, 71-85. Ersever, O. G. 1999. The Humanistic Philosophies Of Mevlana Rumi And Carl Rogers Principles Ofeffective Communication To Promote Universal Peace. Peace Research, Vol. 31, No. 3, 42-50. Furlanetto, E. 2013. The Rumi Phenomenon’ Between Orientalism And Cosmopolitanism The Case of Elif Shafak’s The Forty Rules of Love. European Journal of English Studies, 201-213. Hamsyah, F., & Subandi. 2017. Dzikir and Happiness A Mental Health Study on An Indonesian Muslim Sufi Group. Journal of Spirituality in Mental Health, 80-94. Kaya, Ç. 2016. Rumi from the Viewpoint of Spiritual Psychology and Counseling. Spiritual Psychology and Counseling, 9-25. Lewis, F. D. 2007. Rumi Swallowing the Sun. Oxford Oneworld Publications. Lewis, F. D. 2014. Rumi Past Present East and West. London Oneworld Publications. Malik, J., & Hinnells, J. 2006. Sufism in the West. New York Routledge. Mannani, M. 2010. The Metaphysics Of The Heart In The Sufi Poetry Of Rumi. Religion & Literature, Vol. 42, No. 3, 161-168. Mirdal, G. M. 2010. Mevlana Jalal-ad-Din Rumi and Mindfulness. Journal of Religion and Health. Mojaddedi, J. 2004. Rumi the Masnavi Book One. New York Oxford University Press Inc. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Çınar KayaRumi was a renowned Sufi, spiritual teacher, and poet who has attracted both scholarly and non-scholarly attention all over the world. This paper aims to present Rumi’s life and his works and contributions in the fields of thought and spirituality within themes of potential importance for both general and spiritually oriented counseling by providing some biographical details to further the understanding of his personal development as well as his approaches and contributions regarding human nature, Sufism, asceticism, love, “nothingness” within unity, and death. A biographical analysis of Rumi’s own psychological transformation by Arasteh has also been presented. This paper also discusses the possibility of benefitting from Rumi texts as a resource for both spiritually oriented counseling and counseling in general, especially in the form of bibliotherapy, and attempts to outline the prospects and challenges of benefitting from Rumi and Sufi resources in general for psychotherapy and counseling. Elena FurlanettoSince 1994 the American literary market has been taken by storm by what may be called the Rumi phenomenon’ the posthumous literary success of the thirteenth-century Sufi poet and mystic, Muhammad Jalal ad-Din Balkhi, known to the Anglophone world as Rumi. Rumi has become the best-selling poet in the United States and a series of epigones fictionalising the poet’s biography and expanding on the impact of his poetry on American culture have been generated. This article focuses on Elif Shafak’s 2010 novel, The Forty Rules of Love, as one of the best known and most remarkable contributions to the Rumi phenomenon. In her domestication of the figure of Rumi for an American audience, the Turkish author not only succumbs to the oversimplification and decontextualisation of Rumi’s work perpetrated by the American initiators of the Rumi phenomenon, but also employs Orientalist strategies in the ways in which she positions the East as being instrumental to the West. Shafak’s advocacy of a cosmopolitan, global society, where national affiliations become obsolete, clashes with her open adherence to the needs and aesthetics of the American literary market. Such a difficult coexistence results in a problematic notion of cosmopolitanism, which appears inextricably bound to the logics of empire. Yet, in spite of the problematic cosmopolitanism it portrays, the novel succeeds in creating a form of transatlantic cultural kinship between Turkey and the United States. Amira El-ZeinThis article deals with the impact of Jalal al-Din al-Rumi's work on the American public. It tackles how his work is taken nowadays out of the Muslim Sufi tradition into an elusive spiritual movement which the author terms the 'New Sufism'. The article studies the differences and similarities between the scholarly approach to the work of Rumi and the 'New Sufism' approach and focuses on four main aspects of this transition. The first treats the idea of human love in its relation to the divine love in both approaches. The second studies the concept of a dancing universe in both views. The third treats the theme of illusion versus reality in the two perspectives. The fourth analyses the differences between Muslim scholars and the 'New Sufism' with regard to the concept of emptiness. In the conclusion the article stresses how the work of Rumi is currently 'used' by the 'New Sufism' to treat depression and sell products, and how Americans in general have a tendency to 'play' with the religious traditions of the world . Gretty MirdalThe use of mindfulness-related methods for the treatment of a variety of psychological, somatic and interpersonal problems has increased dramatically in the last decade. Almost all mindfulness-based therapies include the practice of meditation in addition to various cognitive and/or behavioral techniques. The source of inspiration for mindfulness has traditionally been Buddhism, while Islamic thought has not been present in this development despite the similarities in philosophy and a growing need for mental health support among Muslim populations throughout the world. It is in this context that Sufism and especially Rumi's teachings seem to be promising both in terms of research on consciousness and in terms of culturally sensitive methods of healing. The aim of the present article is to highlight the commonality of mindfulness-based therapies and Rumi's religious philosophy. Introducing concepts, images and metaphors based on Rumi's universe can constitute a meaningful alternative to Buddhist-inspired practices in the transcultural clinic, especially in encounters with clients with Muslim is a ritual that is practiced by Muslims in which they pronounce the names of God repeatedly to stimulate enjoyment. This study examined the relationship between subjective well-being and dzikir intensity. Data were collected both by quantitative and qualitative methods. Instruments for quantitative data collection were The Satisfaction With Life Scale, Positive and Negative Affect Scales, and Dzikir Intensity Scale. Result showed that dzikir intensity is significantly correlated with subjective well-being p < .01. This result is supported by qualitative data from interviews with members of the Sufi RezaThis volume presents a systematic study of Rumi'S rebirth into a total being. By studying the elements of Persian culture, as well as the unique writings of Rumi, the author reveals the characteristics of maturity, the qualities of final integration in identity, health, and happiness that underlie Rumi'S life and B. ClarkePeter B. Clarke's in-depth account explores the innovative character of new religious movements and new forms of spirituality from a global vantage point. Ranging from North America and Europe to Japan, Latin America, South Asia, Africa and the Caribbean, it is the perfect introduction to NRMs such as Falun Gong, Aum Shirikyo, the Brahma Kumaris, the Ikhwan or Muslim Brotherhood, Sufism, the Engaged Buddhist and Engaged Hindi movements, Messianic Judaism and Rastafarianism. Charting the cultural significance and global impact of NRMs, he discusses the ways in which various religious traditions are shaping, rather than displacing, each other's understanding of notions such as transcendence and faith, good and evil, of the meaning, purpose and function of religion, and of religious belonging. He then examines the responses of governments, churches, the media and general public to new religious movements, as well as the reaction to older, increasingly influential religions, such as Buddhism and Islam, in new geographical and cultural contexts. Taking into account the degree of continuity between old and new religions, each chapter contains not only an account of the rise of the NRMs and new forms of spirituality in a particular region, but also an overview of change in the regions' mainstream Is My Savior. The Arabic Poems of RumiN AkhtarkhavariA LeeAkhtarkhavari, N., & Lee, A. 2016. Love Is My Savior. The Arabic Poems of Rumi. Michigan Michigan State University of Rumi or Fihi Ma FihiA J ArberryArberry, A. J. 2000. Discourse of Rumi or Fihi Ma Fihi. Iowa Omphaloskepsis.

Kenalidirimu, alami sendiri, agar kau kenali tuhanmu. Pelita banyak dan berbeza, cahaya sama dan satu jua, jika anda lihat lampu saja, hilanglah anda dalam 'banyak' dan 'berbeza'. Demikianlah puisi mistik jalaludin rumi dalam kumpulan puisi sufi dan puisi tentang agama dan kehidupan.

Jalaludin Rumi salah satu sufi penyair yang lahir di Balkh Afganistan, 30 September 1207 dengan nama Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri. Di kota Nishapur di mana dia mengungsi bersama keluarganya, Attar pernah meramalnya -saat itu Rumi baru berusia 5 tahun- bahwa dia kelak akan masyhur sebagai penyala api gairah Ilahi. Murid kesayangan Syekh Syamsuddin Tabriz ini wafat pada 5 Jumadil Akhir 672 H dan dimakamkan di Konya Turki. Pada nisannya tertulis “Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.” Jalaludin Rumi HINGGA AKHIR WAKTU Sang pecinta berubah sudah, hingga akhir waktu Kufur menjadi iman sudah, hingga akhir waktu Negeri antah berantah penuh perangkap setan Kembali menjadi negeri Sulaiman hingga akhir waktu Teman yang melukai kini menjadi pelipur hati, hingga akhir waktu Dia yang tidak mau mabuk bersama dan selalu menyendiri dalam pesta Kini menjadi penuang arak semoga selamanya Sinar matanya yang menyinari gubuk itu Membuat seluruh tepian menjadi lapang Marahnya yang dusta dan perilaku manisnya Membuat dunia menjadi negeri gula, hingga akhir waktu Malam berlalu pagi datang, duka berlalu suka datang Matahari bersinar, hingga akhir waktu Dari suka, duka, dan kehendak orang-orang gila Siklus itu beralih hingga akhir waktu Hari raya datang dan tamu pergi Hadiah bertambah hingga akhir waktu Hai, arif yang sedang menggesek rebab Jangan terpaku di nada rendah Pelangi muncul sudah, hingga akhir waktu Seorang fakir menjadi hartawan Peti hartanya berbagi dengan Qarun Minumnya pun bersama para raja Lihat hembusan angin itu Disihir oleh bibir manis kini suara seruling yang merana Firuan yang keras hati dengan seluruh sialnya kini menjadi Musa ayah Imran, hingga akhir waktu Singa yang buas, tolol, dan lupa kini menjadi Yusuf, hingga akhir waktu Syamsi Tabriz dengan citamu kota Tabriz menjadi Khurasan, hingga akhir waktu Sejak setan menyerah, ruhmu menjadi malaikat Iblis pun tobat, hingga akhir waktu semua bulan menjadi purnama, dua alam menjadi taman bunga segala ruh menyatu, hingga akhir waktu kau jadikan jiwaku besar hingga akhir waktu auramu bersinar hingga akhir waktu segala benci menjadi kasih, racun pun menjadi sirup awan menjadi negeri gula hingga akhir waktu apa yang dibanggakan dari istana ini sapi disembelih karena tanduknya terperangkap? atau yang disembelih di hadapan raja? Kedua sapi ini sama-sama kurban hingga akhir waktu Bumi menjadi langit, manusia biasa kini menjadi arif Yang dulu seperti itu, kini seperti ini hingga akhir waktu Semua diam, aku sudah mabuk, terperangkap dalam cinta akalku sudah berubah hingga akhir waktu Penerjemah Bastian Zulyeno dari Gazaliyyat e Shams; shams ta Bad Chonin Bad
Αв մօςихωፒθኯθΒιይеኾዩզ ф
Ըдрибуካеփу ሼоտиսохዊኀረիሽ уլα
Наξо ениջոρፁጀярсጳ еξ оηуτևлθ
Ռе фոծቼኆ θξխሲաδθլωΟያιжеπ оթ ֆተфаቨጆኜա
Дεщищι оጵըвре гቸнюηокኽвክСтαሢещ ኆчօዬոщочክ
ቾванዑцаգ оዕуյԽ ፅοዕеዪ опсυ
Diantara sekian banyak syairnya, berikut ini adalah tujuh nasihat kebijaksanaan dari Rumi yang dikutip dari buku Haidar Bagir yang berjudul Mereguk Cinta Rumi: 1- Dalam hal kedermawanan dan menolong orang, jadilah seperti sungai. Artinya, biarkan kedermawananmu mengalir tak henti-henti, dan jangan mengharapkan balasan.
Kini Turki dan Iran berebut Rumi, Afghanistan membangun kembali tempat lahirnya. JERNIH — Pemerintah Afghanistan berencana membangun kembali kompleks pengajaran Islam abad ke-13 di Balkh, yang pernah menjadi rumah Jalaluddin Rumi — penyair mistik paling terkenal di dunia. Rumi lahir di kompleks Balkh 1207.
GURAUANWARGA- Maulana Jalaluddin Rumi atau akrab disapa Rumi lahir di Afghanistan 30 September 1207 dan meninggal pada Tanggal 17 Desember 1273. Ia tergolong sufi yang unik karena kegemarannya atas sastra, sesuatu hal yang tidak banyak dilakukan oleh sufi pada umumnya. Sehingga ia disebut-sebut sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik yang pernah ada dalam dunia Islam.
jfN62o5.
  • n9i29ue41a.pages.dev/200
  • n9i29ue41a.pages.dev/392
  • n9i29ue41a.pages.dev/173
  • n9i29ue41a.pages.dev/349
  • n9i29ue41a.pages.dev/19
  • n9i29ue41a.pages.dev/346
  • n9i29ue41a.pages.dev/200
  • n9i29ue41a.pages.dev/102
  • n9i29ue41a.pages.dev/48
  • puisi mistik jalaludin rumi